Senin, 02 Desember 2013

KEHARUSAN DAN KEMUNGKINAN PENDIDIKAN

Keharusan Dan Kemungkinan Pendidikan
Diajukan Sebagai Tugas Mandiri

Dosen Pengampu:
Dra. Isti Fatonah, MA



Disusun Oleh :
Nama                 : Febrian Fristianda
NPM                  : 1283021
Prodi / Kelas      : PAI / A
Semester            : II (dua)


Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)
Jurai Siwo Metro
Tahun 2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT kerena taufik dan hidayah Nya, sehingga penulis dapat menyeleseikan makalah ini dengan baik. Sholawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan  kita Nabi Besar Muhammad SAW, selanjutnya  para penyusun ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1.      Ibu Dra. Isti Fatonah, MA selaku dosen Ilmu Pendidikan Umum yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan sehingga tugas ini dapat terselesaikan.
2.      Bapak dan ibu dirumah yang telah memberikan dukungan dan do’a.
3.      Dan  kepada seluruh pihak yang telah membantu terleseinya makalah ini.
Semoga penulisan ini bermanfaat dalam memelihara nilai-nilai lama yang baik dan menggali nilai-nilai baru yang lebih baik atau yang terbaik khususnya bagi penulis, kritik dan saran sangat kami harapkan demi perbaikan makalah ini.





Metro,  Juni 2013



Penulis







DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.................................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................. 2
A.    Anak Dilahirkan Dalam Keadaan Tidak Berdaya................................................... 2
B.     Manusia Lahir Tidak Langsung Dewasa................................................................. 4
C.     Manusia Sebagai Makhluk Sosial............................................................................ 5
BAB III KESIMPULAN............................................................................................. 7
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... 8


 BAB I
PENDAHULUAN


            Manusia hidup berbeda dengan hewan, karena manusia mampu secara sempurna menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya, dan senantiasa berupaya menciptakan dunia kehidupan dan mengatasi realitasnya sendiri. Manusia dalam hidupnya mempunyai peran sejarah dan menciptakan sejarah baru, dengan kata lain “manusia di samping makhluk sejarah, juga dikuasai sejarah, ia tidak hanya berada di dalam dunianya sendiri, tetapi hidup bersama dan berdialog dengan kehidupan”,karena memang manusia memahami wawasan kesejarahan sebagai wujud kemampuannya belajar dari pengalaman. Sementara hewan dengan hanya mengandalkan instink, maka hidupnya lebih banyak tergantung dengan alam, berorientasi pada kekinian, tidak punya kemampuan mereka masa depan.
Diantara sifat kodrati manusia adalah senantiasa ingin menciptakan kehidupan dan mengatasi realitasnya sendiri, karenanya “manusia senantiasa berusaha melampaui diri sendiri secara terus menerus” dan tidak pernah berhenti bertanya dalam mencari kebenaran , yang berimplikasi kepada senantiasa berupaya untuk menguak tabir rahasia alam, sehingga manakala upaya menguak tabir alam itu terus dilakukan, ternyata semakin banyak misteri yang tidak dapat dipecahkan, maka akan melahirkan semakin tingginya kekagumannya kepada Sang Pencipta, yang diistilahkan oleh J. Wach dengan “Mysterium, tremendum et fascinusum” yang akhirnya menyadarkan dirinya sebagai makhluk (ciptaan) yang secara kodrat harus berupaya menemukan mencari dan kebenaran dibalik semua misteri itu.
           

















BAB II
PEMBAHASAN


KEHARUSAN DAN KEMUNGKINAN PENDIDIKAN

Manusia sejak lahir sangat membutuhkan bantuan orang lain, khususnya kedua orang tuanya. Dapat dibayangkan seandainya anak manusia pada saat lahir dibiarkan begitu saja oleh ibunya, tanpa sentuhan apapun sedikitpun. Dengan mengabaikan kekuasaan Tuhan, kematianlah yang akan menjemputnya pada anak yang ditelantarkan tersebut.
Keharusan mendidik anak telah disebut-sebut, misalnya karena anak pada saat lahir dalam keadaan tidak berdaya, anak tidak langsung dewasa, sehingga anak memerlukan perhatian dan bantuan orang lain. Dengan keterbatasan kemampuan anak menyebabkan ia perlu mendapat pendidikan. Keterbatasan anak dikarenakan, anak lahir dalam keadaan tidak berdaya, dan ia tidak langsung dewasa.
            Penyelenggaraan dan pelaksanaan pendidikan dalam upaya membentuk manusia yang mampu mengembangkan kepribadiannya dan dapat membedakan dirinya dengan alam lainnya, sehingga manusia menyadari akan tugas dan tanggungjawabnya sebagai pribadi – sebagai bagian dari sesama manusia - sebagai bagian dari alam - sebagai Makhluk Ciptaan Nya tadi, sangat bergantung bagaimana pada bagaimana memandang manusia ( anak ) itu sendiri, yang akan berimplikasi mulai dari perencanaan pendidikan terhadap mereka sampai kepada pemberlakuan mereka dalam penyelenggaraan sistem pendidikannya.


1.      KeharusanPendidik
Keharusan manusia untuk mendapatkan pendidikan dapat kita simak dari uraian di bawah ini:

a.      Anak Dilahirkan dalam Keadaan Tidak Berdaya
Dilihat dari sudut anak, pendidikan merupakan suatu keharusan. Pada waktu lahir anak manusia belum bisa berbuat apa-apa. Sampai usia tertentu anak masih memerlukan bantuan orang tua. Begitu anak lahir ke dunia, ia memerlukan uluran orang lain (ibu dan ayah) untuk dapat melangsungkan hidup dan kehidupannya, dan berdiri sendiri.
Kelemahan yang dimiliki oleh anak adalah kelemahan rohani dan jasmaniah, misalnya dia tidak kuat oleh gangguan cuaca, keadaan tubuh yang basah, panas atau dingin. Begitu juga rohaniahnya, dia tidak mampu membedaan keadaan yang berbahaya ataupun menyenangkan, kelemahan dan ketidakberdayaan anak makin lama makin hilang karena berkat bantuan dan bimbingan pendidik atau yang biasanya disebut pendidikan. Pendidikan akan berhenti manakala kelemahan dan ketidakberdayaan sudah berubah menjadi kekuatan dan keberdayaan, yaitu suatu keadaan yang dimiliki oleh orang dewasa. Berbeda dengan binatang yang begitu lahir sudah dilengkapi kelengkapan fisiknya dan dapat berbuat sesuatu untuk mempertahankan hidupnya.
Misalnya anak harimau begitu lahir sudah dilengkapi dengan bulu yang dapat melindungi tubuhnya dari kedinginan. Begitu lahir setelah dibersihkan oleh induknya anak harimau tersebut sudah bisa bergerak untuk mencari susu induknya, walaupun belum memiliki kemampuan melihat secara normal. Beberapa jenis hewan yang baru keluar dari telurnya langsung bergerak seperti pada kura-kura, buaya, dan sebagainya. Begitu juga pada binatang lainnya khususnya binatang menyusui seperti kuda, kambing, kera dan sebagainya.
Hal tersebut tidak demikian pada manusia. Manusia perlu mendapat bantuan orang lain untuk dapat menolong dirinya untuk sampai kepada dewasa. Masa pendidikan manusia memerlukan waktu yang lama karena di samping manusia harus dapat mempertahankan hidupnya dalam arti lahir, ia juga harus memiliki bekal yang berkaitan dengan moral, memiliki pengetahuan, dan keterampilan lainnya yang diperlukan untuk hidup. Makin tinggi peradaban manusia, makin banyak yang harus dipelajari agar dapat hidup berdiri sendiri tanpa menggantungkan diri kepada orang lain.
Oleh karena itu, anak atau bayi manusia memerlukan bantuan, tuntunan, pelayanan, dorongan dari orang lain demi mempertahankan hidup dengan belajar setahap demi setahap untuk memperoleh bekal nilai-nilai moral, memiliki kepandaian dan keterampilan, serta pembentukan sikap dan tingkah laku sehingga lambat laun dapat berdiri sendiri yang semuanya itu memerlukan waktu yang cukup lama.
Dilihat dari orang tua pendidikan juga merupakan suatu keharusan. Tanpa ada yang memaksa, dengan sendirinya orang tua akan mendidik anaknya. Hal tersebut disebabkan karena adanya rasa kasih sayang dan rasa tanggung jawab dari orang tua terhadap anaknya. Perasaan kasih sayang merupakan fitrah kemanusiaan yang akan timbul dengan sendirinya pada manusia. Rasa tanggung jawab menyebabkan orang tua, bahwa anak itu perlu memperoleh bimbingan agar ia di kemudian hari dapat berdiri sendiri tanpa menggantungkan diri kepada orang lain.
Anak perlu mendapat pendidikan dan orang tua merasa wajib untuk memberikan pendidikan bagi anaknya. Keduanya bertemu dalam kegiatan pendidikan yang berlangsung secara alamiah dalam kehidupan sehari-hari dalam keluarga.
Pendidikan karena dorongan orang tua, yaitu hati nuraninya yang terdalam yang memiliki sifat kodrati untuk mendidik anaknya baik dari segi fisik, sosial, emosi, maupun intelegensinya agar memperoleh keselamatan, kepandaian, memperoleh kebahagiaan hidup yang dicita-citakan, sehingga ada tanggung jawab moral atas hadirnya anak tersebut yang dianugerahkan Tuhan Yang Maha Kuasa untuk dapat dipelihara, dan di didik dengan sebaik-baiknya.


b.      Manusia Lahir Tidak Langsung Dewasa
Untuk sampai pada kedewasaan yang merupakan tujuan pendidikan dalam arti khusus, memerlukan wazktu lama. Pada manusia primitif mungkin proses pencapaian kedewasaan tersebut akan lebih pendek dibandingkan dengan manusia modern dewasa ini. Pada manusia primitif cukup dengan mencapai kedewasaan secara konvensional, di mana apabila seseorang sudah memiliki keterampilan untuk hidup, khususnya untuk hidup berkeluarga, seperti dapat berburu, dapat bercocok tanam, mengenali nilai-nilai atau norma-norma hidup bermasyarakat, sudah dapat dikatakan dewasa. Dilihat dari segi usia, misalnya usia 12-15 tahun, pada masyarakat primitif sudah dapat melangsungkan hidup berkeluarga. Pada masyarakat modern tuntutan kedewasaan lebih kompleks, sesuai dengan makin kompleksnya ilmu pengetahuan dan teknologi, dan juga makin kompleksnya sistem nilai.
            Untuk mengarungi kehidupan yang dewasa, manusia perlu dipersiapkan, lebih-lebih pada masyarakat modern. Bekal tersebut dapat diperoleh dengan pendidikan, di mana orang tua atau generasi tua akan mewariskan pengetahuan, nialai-nilai, serta keterampilannya kepada anak-anaknya atau pada generasi berikutnya.
            Manusia merupakan makhluk yang dapat di didik, memungkinkan untuk memperoleh pendidikan. Manusia merupakan makhluk yang harus di didik, karena manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya, lahir tidak langsung dewasa. Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dengan sesamanya.
            Dalam proses perkembangan seorang anak membutuhkan bantuan dan bimbingan. Sepanjang anak belum dewasa, ia membutuhkan bantuan dan menggantungkan diri kepada orang dewasa. Kenyataan ini ada dua hal pada seorang anak didik yang menggejala, yaitu: pertama, keadaan tidak berdaya anak membutuhkan bantuan. Hal ini memunculkan kewajiban orang tua untuk membantunya. Kedua, kemampuan untuk mengembangkan dirinya, namun ia tetap memerlukan bantuan orang lain. Sehingga orang dewasa berkewajiban untuk membimbingnya dan harus sesuai dengan tingkat perkembangan anak agar bimbingan tersebut mencapai hasilnya.


c.       Manusia sebagai Makhluk Sosial
Manusia pada hakikatnya adalah makhluk sosial. Ia tidak akan menjadi manusia seandainya tidak hidup bersama dengan manusia lainnya. Lain halnya dengan hewan, di mana pun hewan dibesarkan, tetap akan memiliki perilaku hewan. Seekor kucing yang di besarkan dalam lingkungan anjing akan tetap berperilaku kucing, tidak akan berperilaku anjing, karena setiap jenis hewan sudah dilengkapi dengan insting tertentu yang pasti dan seragam, yang berbeda antara jenis hewan yang satu dengan jenis hewan lainnya.
Manusia hidup bersama orang lain, tidak sendirian. Mereka menentukan berbagai perjanjian agar hidup bersama itu menguntungkan kedua belah pihak. Menguntungkan bagi masyarakat, dan juga menguntungkan bagi kehidupan individu masing-masing. Manusia sebagai makhluk sosial, disamping memiliki dorongan untuk hidup secara individual, ia juga menunjukan gejala-gejala sosial. Ia senang hidup bersama dengan orang lain.
Seorang manusia perlu mencapai suatu taraf kedewasaan tertentu agar ia dapat hidup bersama dengan orang lain. Kalau tidak, akan berbuat di luar perjanjian (kebiasaan, adat, aturan) yang berlaku. Hal itu berarti bahwa ia tidak dewasa secara sosial. Walaupun secara biologis ia sudah matang, tetapi untuk hidup bersama dengan orang lain, ia perlu mendapatkan pendidikan.
Kalau manusia bukan makhluk sosial, atau ia tidak hidup bersama-sama dengan orang lain, pada hakikatnya ia hidup sendiri-sendiri. Maka hidup manusia itu tidak ada bedanya dengan kehidupan hewan. Dalam kehidupan seperti ini, manusia tidak dapat dipengaruhi, karena ia telah membawa pola hidupnya yang tetap dan tidak perlu lagi belajar dari orang lain atau melalui apapun. Ia sudah dalam keadaan matang untuk mengikuti kehidupan yang polanya sudah ada (terjadi). Dalam keadaan demikian, pendidikan tidak perlu lagi karena memang tidak diperlukan.
Manusia  senantiasa hidup dalam berkelompok-kelompok, dalam kelompok kecil maupun kelompok besar. Kelompok kecil adalah keluarga, dan kelompok besar misalnya marga di Sumatera. Untuk dapat hidup dalam orang lain dalam satu kelompok, anak harus dapat menyesuaikan diri. Untuk kehidupan bersama diperlukan sifat-sifat sabar, ramah dan santun, tolong-menolong, harga-menghargai, hormat-menghormati dan sebagainya. Tujuan pendidikan sosial itu sendiri ialah agar anak dapat menyesuaikan diri dalam kehidupan bersama dan ikut ambil bagian secara aktif dalam kehidupan bersama tersebut.
Keluarga menjadi penghubung anak dengan kehidupan sosial, dengan pembiasaan nilai-nilai norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Nilai-nilai tersebut dapat berupa nilai-nilai kelompok, nilai keagamaan dan nilai kemasyarakatan lainnya. Tetapi dalam keluargalah pertama kali berlangsung proses memanusiakan manusia.























BAB III
KESIMPULAN

Pendidikan adalah perlu karna anak manusia dilahirkan tidak berdaya, tidak dilengkapi dengan insting yang sempurna, anak manusia perlu masa belajar yang panjang. Dasar biologisnya anak dilahirkan tak berdaya tetapi mempunyai potensi untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya yang mana anak bersifat lentur, anak mempunyai otak yang besar dan mempunyai pusat saraf yang berfungsi berhubungan dengan perbuatan berfikir.
Pendidikan bukan hanya berlangsung di sekolah. Pendidikan akan mulai segera setelah anak lahir dan akan berlangsung sampai manusia meninggal dunia, sepanjang ia mampu menerima pengaruh-pengaruh. Oleh karena itu, proses pendidikan akan berlangsung dalam keluarga, sekolah dan masyarakat .
Jadi penyelenggaraan pendidikan saat ini harus diupayakan untuk memberikan pelayanan khusus kepada peserta didik yang mempunyai kreativitas dan juga keberbakatan yang berbeda agar tujuan pendidikan dapat diarahkan menjadi lebih baik.














DAFTAR ISI

·         Sadulloh, Uyoh, 2010, Pedagogik (ilmu mendidi). Bandung : Alfabeta
·         Sadulloh, Uyoh dan Oong Komar. 1985. Dasar-dasar Pendidikan, Bandung: Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Bandung.
·         Danim, Sudarwan. 2010, Perkembangan Peserta Didik. Bandung : Alfabeta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar