Rabu, 05 Februari 2014

Hakikat Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik

Hakikat Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik

POLA-POLA PERKEMBANGAN AFEKTIF PADA MANUSIA
Seorang ahli teori psikoanalisa dan sekaligus seorang pendidik, Erik H. Erikson mengemukakan bahwa perkembangan manusia adalah sinfesis dari tugas-tugas perkembangan dan tugas-tugas sosial. Teorinya itu kemudian diterbitkan sebagai bukunya yang pertama dengan judul Childhood and Society. Dikemukakannya prla bahwa perkembangan afektif merupakan dasar perkembangan manusia. Erikson melahirkan teori perkembangan afektif yang terdiri atas delapan tahap.
1.      Trust vs Mistnis/Kepercayaan dasar
Bay! yang kebutuhannya terpenuhi waktu ia bangun, keresahannya segera terhapus, selalu dibuai dan diperlakukan sebaik-baiknya, diajak main dan bicara, akan turnbiih perasaannya bahwa dunia ini tempat yang aman dengan orang-orang di sekitarnya yang selalu bersedia menolong dan dapat dijadikan tempat ia menggantungknn nasibnya. Jika pemeliharaan terhadap bayi itu tidak menetap, tidak memadai sebagaimana mestinya, serta terkandung di dalarnnya sikap-sikap menolak, akan turnbuhlah pada bayi itu rasa takut serta ketidak-percaya.in yang mendasar terhadap dunie sekelilingnya dan terhadap orang-orang di sekitarnya. Perasaan ini akan terus terbawa pada tingkat-tingkat ptrkembanpan berikutnya.
2.      Autonomy vs Shame and Doubt/Otonomi
Pada tahap ini Erikson melihat munculnya autonomy. Dimensi autonomy ini timbulnya karena adanya kemampuan motoris dan mental anak. Pada saat ini bukan hanya berjalan, tetapi juga memanjat, menutup-membuka menjatuhkan, menarik dan mendorong, memegang dan melepaskan. Anak sangat bangga dengan kemampuannya ini dan ia ingin melakukan banyak hal sendiri. Orang tua sebaiknya menyadari bahwa anak butuh melakukan sendir hal-hal yang sesuai dengan kemampuannya menurut langkah dan waktunya; sendiri. Anak kemudian akan mengembangkan perasannya bahwa ia dapat mengendalikan otot-ototnya, dorong-dorongannya, serta mengendalikan diri dan lingkungannya.
Jika orang dewasa yang mengasuh dan membimbing anak tidak sabar dan selalu membantu mengerjakan segala sesuatu yang sesungguhnya dapat dikerjakannya sendiri oleh anak itu, maka akan tumbuh pada anak itu rasa; malu-malu dan ragu-ragu. Orang tua yang terlalu melindungi dan selalu mencela hasil pekerjaan anak-anak, berarti telah memupuk rasa malu dan ragu yang berlebihan sehingga anak tidak dapat mengendalikan dunia dan dirinya sendiri.
Jika anak,meninggalkan masa perkembangan ini dengan autonomi yang lebih kecil daripada rasa malu dan ragu, ia akar mengalami kesulitan untuk memperoleh autonomi pada masa remaja dan masa dewasanya. Sebaliknya anak yang dapal melalui masa ini dengan adanya keseimbangan serta dapat mengatasi rasa malu dan ragu dengan rasa outonomus, maka ia sudah siap menghadapi siklus-siklus kehidupan berikutnya. Namun demikian keseimbangan yang diperoleh pada masa ini dapat berubah ke arah positif maupun negatif oleh perisliwa-peristiwa di masa selanjutnya.
3.      Initiatives vs Guilt/Inisiatif
Pada masa ini anak sudah menguasai badan dan geraknya. la dapat mengendarai sepeda roda.tiga, dapat lari, memukul, memotong. Inisialif anak akan lebih terdorong dan terpupuk bila orang tua member! respons yang baik terhadap keinginan anak untuk bebas dalam melaknkan. kegiatan-kegiatan motoris sendiri dan bukan lianya bereaksi atnu nienirn anak-anak lain.-Hal ynng sama terjadi pada kemampuan anak nnluk menggunakan bahasa dan kegiatan fantasi. Dimensi sosial pada tahap ini mempunyai dua ujung:: inisiative —– guilt- Anak yang diberi kebebasan dan kesempatan untuk berinisiatif pada permainan motoris serta mendapat jawaban yang yang memadai dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukannya (intelectual full/live), maka inisiatifnya akan berkembang dengan pesat.


4.      Industry vs litferioriry/Produkttvltns
Anak mulai mampu berpikir deduktif, bermain dan belajar menurut
peraturan yang ada. Dimensi psikososial yang rnuncul pada masa ini adalah:
sense of  industry < »> sense of inferiority
Anak didorong untuk membuat, melakukan dan mengerjakan dengan benda-benda yang praktis. dan mengerjakannya sampai selesai sehingga menghasilkan sesuatu. Derdasarkan hasilnya mereka dihargai dan di mana perlu diberi hadiah. Dengan demikian rasa/sifat ingin menghasilkan sesuatu dapat dikembangkan.
Pada usia sekolah dasar ini dunia anak bukan hanya lingkungan rumah saja melainkan meneakup juga lembaga-iembaga lain yang mempunyai peranan penting dalam perkembangan individu. Pengalaman-pengalaman sekolah anak mempengaruhi industry dan inferiority anak. Anak dengan IQ 80 atau 90 akan mempunyai pengalaman sek’olah yang kurang memuaskan walaupun sifat indtistri dipupuk dan dikembangkan di ruitiah. Ini dapat menimbulkan rasa inferiority (rasa tidak” mampu). Keseimbangan industry dan inferiority bukan hanya bergantung kepada orang tuanya, tetapi dipengaruhi pula oleh orang-orang dewasa lain yang berhubungan dengan anak itu
5.      Identity vs Role Confusion/Identitas
Pada saat ini anak sudah menuju kematangan fisik dan mental. la mempunyai perasaan-perasaan dan keinginan-keinginan baru sebagai akibat perubahan-perubahan itubuhnya. Pandangan dan pemikirannya tentang dunia sekelilingnya mengilami perkembangan. la mulai dapat berpikir tentang pikiran orang lain. la berpikir puh apa yang dipikirkan orang lain tentang dirinya. la mulai mengrrti tentang keluarga yang ideal, agama dan masyarakat, yang dapat diperbandingkannya dengan apa yang dialaminya sendiri.
Menurut Erikson pada tahap ini dimensi interpersonal yang muncul adalah:
ego identity.
Pada masa ini remaja harus dapat ‘mengirtegrasikan apa yang telah dialami dan dipelajarinya tentang dirinya sebagai anak, siswa, teman, anggota pramuka, dan lain sebagainya menjadi suatu kesatuan sehingga menunjukkan kontinuitas dengan masa lalu dan siap menghadapi masa datang. . Peran orang tua yang pada masa lalu berpengaruh secara langsung pada krisis perkembangan, maka pada masa ini pengaruhnya tidak langsung. Jika anak mencapii masa remaja dengan rasa terima kasih kepada orang tua, dengan penuh kepercayaan, mempunyai autonomy, berinisiatif, memiliki sifat-sifat industry, maka kesempatannya kepada ego indentiti sudah berkembang.
6.      Intimacy vs Isolation/Keakraban
Yang dimaksud dengan intimacy oleh Erikson selain hubungan antara suami istri adalah juga kemampuan untuk berbagai rasa dan memperhatikan orang lain. Pada tahap ini pun keberhasilan tidak bergantung secara langsung kepada orang tua. Jika intimacy ini tidak terdapat di antara sesama teman atau suami istri, menurut Erikson, akan terdapat apa yang disebut isolation, yakni kesendirian tanpa adanya orang lain untuk berbagai rasa dan saling memperhatikan.
7.      Generavity vs Self Absorption/Generasi Berikut
Generativity berarti bahwa orang mulai memikirkan orang-orang lain diluar keluarganya sendiri, memikirkan generasi yang akan datang serta hakikat masyarakat dan dunia tempat generasi ifi liidnp. Generativily ini bukan hanya terdapat pada orang tua (ayah dan ibu), tetapi terdapat pula pada individu-individu yang secara aktif memikirkan kesejahteraan kaum muda serta berusaha membuat tempat bekerja yang lebih baik untuk mereka hidup. Orang yang tidak berhasil mencapai gereralivily berarti ia berada dalam keadaan self absorption dengan hanyr memutuskart perhatia’n kepada kebutuhan-kebutuhan dan kesenang’an pribadinya saja.
8.      Integrity vs Despair/Integritas
Pada tahap ini usaha-tisaha yang pokok pada individu sudah mendekati kelepgkapan, dan merupakan masa-masa untuk menikmati pergaulan dengan cucu-cucu. Integrity timbul dari kemampupn individu untuk melihat kembali kehidupannya yang lalu dengan kepuasan. Sedangkan kebalikannya adalah despair, yaitu keadaan di mana individu yang menengok ke belakang dan meninjau kembali kehidupannya masa lalu sebagai rangkaian kegagalan dan kehilangan arah, serta disadarinya bahwa jika ia memulai lagi sudah terlambat.
Sebagai rekapitulasi dapat dinyatakan bahwa penahapan’ perkembangan • afektif manusia merupakan perpaduan dari tugas-tugas perkembangan dan tugas-tugas sosial. Perkembangan afektif suatu tahap dapat berpengaruh secara positif maupun negatif terhadap tahap berikutnya. Jika anak mencapai tahap ketiga yang bergaul dengan anak bukan hanya orang tuanya saja melainkan uiga orang dewasa lainnya di sekolah, yaitu guru. Guru yang membimbing dan mengasuh peserta didiknya pada berbagai aspek tingknt kelas perlu memahami dan menyadari sikap, kebutuhan dan perkembangan mereka.

D. POLA PERKEMBANGAN KOGNITIF DARI JEAN PIAGET
Perkembangan kognitif anak berlangsung secara teratur dan berurutan sesuai dengan perkembangan umurnya’ Maka pengajaran harus direncanakan sedemikian rupa disesuaikan dengan perkembangan kecerdasan peserta didik.
Piaget mengemukakan proses anak sampai mampu berpikir seperti orang dewasa melalui empat tahap perkembangan, yakni:

1.      Tahap sensor motor
Kegialan intelektual pada tahap ini hampir seluruhnya mencakup gejala
yang diterima secara langsung melalui indra. Pada saat ai.ak mencapai kematangan dan mulai. memperoleh keterampilan berbahasa, mereka mengaplikasikannya dengan menerapkannya pada objek-objek yang nyata. Anak mulai memahami hubungan antaru benda dengan nama yang diberikan kepada benda tersebut.


2.      Tahap praoperasional
Pada tahap ini perkembangan sangat pesat. Lambang-lambang bahasa yang dipergunakan untuk menunjukkan benda-benda nyata bertambah dengan pesatnya. Keputusan yang dianbil hanya berdasarkan intuisi, bukannya berdasarkan annlisis rasional. Anak biasanya mengambil kesimpulan dari sebagian kecil yang diketahuinya, dari suatu keseluruhan yang besar. Menurut pendapat mereka pesavat terbang adalah benda keci! yang berukuran 30 cm; karena hanya itulah yang nampak pada mereka saal mereka menengadah dan melihatnya terbang di angkasa.
3.      Tahap operasional konkrit
Kemampuan berpikir logis muncul pada tahap ini. Mereka dapat berpikir secara sistematis untuk .mencapai pemecahan masalah. Pada tahap ini permasalahan yang dihadapinya adalah permasalahan yang konkret.
Pada tahap ini anak akan menemui kesulitan bila diberi tugas sekolal yang menuntutnya untuk mencari sesuatu yang tersembunyi. Misalnya, anal sering kali menjadi friistasi bila disuruh mencari arti tersembunyi dari suati kata dalam tulisan tertentu. Mereka menyukai soal-soal yang tersedi; jawabannya.
4.      Tahap operasional formal
Tahap ini ditandai dengan pola berpikir orang dewasa. Mereka dapat mengaplikasikan cara berpikir terhadap permasalahan dari semua kategor baik yang abstrak maupun yang konkret. Pada tahap ini anak sudah dapet memikirkan buah pi’iirannya, dapat membentuk ide-ide, berpikir tentang masa depan secara realistis.
Sebelum menekuni tugasnya membimbing dan mengajar, guru atau calon gun sebaiknya memahami teori Piaget atau ahli lainnya tentang pola-pola perkembangan kecerdasan peserta didik. Dengan demikian men;ka memiliki landasan untuk mengembangkan harapan-harapan yang realistik mengenai perilaku peserta didiknya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar