Keharusan Dan Kemungkinan Pendidikan
Diajukan Sebagai Tugas Mandiri
Dosen Pengampu:
Dra. Isti Fatonah, MA
Disusun Oleh :
Nama : Febrian Fristianda
NPM : 1283021
Prodi
/ Kelas : PAI / A
Semester : II (dua)
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)
Jurai Siwo Metro
Tahun 2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT kerena taufik dan hidayah Nya,
sehingga penulis dapat menyeleseikan makalah ini dengan baik. Sholawat serta
salam penulis haturkan kepada junjungan
kita Nabi Besar Muhammad SAW, selanjutnya para penyusun ingin menyampaikan ucapan
terima kasih kepada:
1.
Ibu Dra. Isti
Fatonah, MA selaku dosen Ilmu Pendidikan Umum yang telah memberikan pengarahan
dan bimbingan sehingga tugas ini dapat terselesaikan.
2.
Bapak dan ibu
dirumah yang telah memberikan dukungan dan do’a.
3.
Dan kepada seluruh pihak yang telah membantu
terleseinya makalah ini.
Semoga penulisan ini bermanfaat dalam memelihara nilai-nilai lama
yang baik dan menggali nilai-nilai baru yang lebih baik atau yang terbaik khususnya
bagi penulis, kritik dan saran sangat kami harapkan demi perbaikan makalah ini.
Metro, Juni 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR..................................................................................................
ii
DAFTAR
ISI................................................................................................................
iii
BAB
I PENDAHULUAN............................................................................................ 1
BAB
II PEMBAHASAN.............................................................................................
2
A.
Anak Dilahirkan
Dalam Keadaan Tidak Berdaya...................................................
2
B.
Manusia Lahir
Tidak Langsung Dewasa.................................................................
4
C.
Manusia Sebagai
Makhluk Sosial............................................................................
5
BAB III KESIMPULAN.............................................................................................
7
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................
8
PENDAHULUAN
Manusia hidup berbeda dengan hewan, karena manusia mampu secara sempurna
menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya, dan senantiasa berupaya
menciptakan dunia kehidupan dan mengatasi realitasnya sendiri. Manusia dalam
hidupnya mempunyai peran sejarah dan menciptakan sejarah baru, dengan kata lain
“manusia di samping makhluk sejarah, juga dikuasai sejarah, ia tidak hanya
berada di dalam dunianya sendiri, tetapi hidup bersama dan berdialog dengan
kehidupan”,karena memang manusia memahami wawasan kesejarahan sebagai wujud
kemampuannya belajar dari pengalaman. Sementara hewan dengan hanya mengandalkan
instink, maka hidupnya lebih banyak tergantung dengan alam, berorientasi pada
kekinian, tidak punya kemampuan mereka masa depan.
Diantara sifat kodrati
manusia adalah senantiasa ingin menciptakan kehidupan dan mengatasi realitasnya
sendiri, karenanya “manusia senantiasa berusaha melampaui diri sendiri secara
terus menerus” dan tidak pernah berhenti bertanya dalam mencari kebenaran ,
yang berimplikasi kepada senantiasa berupaya untuk menguak tabir rahasia alam,
sehingga manakala upaya menguak tabir alam itu terus dilakukan, ternyata
semakin banyak misteri yang tidak dapat dipecahkan, maka akan melahirkan
semakin tingginya kekagumannya kepada Sang Pencipta, yang diistilahkan oleh J.
Wach dengan “Mysterium, tremendum et fascinusum” yang akhirnya menyadarkan
dirinya sebagai makhluk (ciptaan) yang secara kodrat harus berupaya menemukan
mencari dan kebenaran dibalik semua misteri itu.
BAB II
PEMBAHASAN
KEHARUSAN DAN
KEMUNGKINAN PENDIDIKAN
Manusia sejak lahir sangat
membutuhkan bantuan orang lain, khususnya kedua orang tuanya. Dapat dibayangkan
seandainya anak manusia pada saat lahir dibiarkan begitu saja oleh ibunya,
tanpa sentuhan apapun sedikitpun. Dengan mengabaikan kekuasaan Tuhan,
kematianlah yang akan menjemputnya pada anak yang ditelantarkan tersebut.
Keharusan mendidik anak
telah disebut-sebut, misalnya karena anak pada saat lahir dalam keadaan tidak berdaya,
anak tidak langsung dewasa, sehingga anak memerlukan perhatian dan bantuan
orang lain. Dengan keterbatasan kemampuan anak menyebabkan ia perlu mendapat pendidikan.
Keterbatasan anak dikarenakan, anak lahir dalam keadaan tidak berdaya, dan ia tidak
langsung dewasa.
Penyelenggaraan dan pelaksanaan pendidikan dalam upaya membentuk manusia yang
mampu mengembangkan kepribadiannya dan dapat membedakan dirinya dengan alam
lainnya, sehingga manusia menyadari akan tugas dan tanggungjawabnya sebagai
pribadi – sebagai bagian dari sesama manusia - sebagai bagian dari alam -
sebagai Makhluk Ciptaan Nya tadi, sangat bergantung bagaimana pada bagaimana
memandang manusia ( anak ) itu sendiri, yang akan berimplikasi mulai dari
perencanaan pendidikan terhadap mereka sampai kepada pemberlakuan mereka dalam
penyelenggaraan sistem pendidikannya.
1. KeharusanPendidik
Keharusan manusia untuk mendapatkan pendidikan dapat kita simak dari uraian di bawah ini:
a. Anak Dilahirkan dalam Keadaan Tidak Berdaya
Dilihat dari sudut anak,
pendidikan merupakan suatu keharusan. Pada waktu lahir anak manusia belum bisa berbuat
apa-apa. Sampai usia tertentu anak masih memerlukan bantuan orang tua. Begitu anak
lahir ke dunia, ia memerlukan uluran orang lain (ibu dan ayah) untuk dapat melangsungkan
hidup dan kehidupannya, dan berdiri sendiri.
Kelemahan yang dimiliki
oleh anak adalah kelemahan rohani dan jasmaniah, misalnya dia tidak kuat oleh
gangguan cuaca, keadaan tubuh yang basah, panas atau dingin. Begitu juga
rohaniahnya, dia tidak mampu membedaan keadaan yang berbahaya ataupun menyenangkan,
kelemahan dan ketidakberdayaan anak makin lama makin hilang karena berkat
bantuan dan bimbingan pendidik atau yang biasanya disebut pendidikan.
Pendidikan akan berhenti manakala kelemahan dan ketidakberdayaan sudah berubah
menjadi kekuatan dan keberdayaan, yaitu suatu keadaan yang dimiliki oleh orang
dewasa. Berbeda dengan binatang yang begitu lahir sudah dilengkapi kelengkapan
fisiknya dan dapat berbuat sesuatu untuk mempertahankan hidupnya.
Misalnya anak harimau begitu
lahir sudah dilengkapi dengan bulu yang dapat melindungi tubuhnya dari kedinginan.
Begitu lahir setelah dibersihkan oleh induknya anak harimau tersebut sudah bisa
bergerak untuk mencari susu induknya, walaupun belum memiliki kemampuan melihat
secara normal. Beberapa jenis hewan yang baru keluar dari telurnya langsung bergerak
seperti pada kura-kura, buaya, dan sebagainya. Begitu juga pada binatang lainnya
khususnya binatang menyusui seperti kuda, kambing, kera dan sebagainya.
Hal tersebut tidak demikian
pada manusia. Manusia perlu mendapat bantuan orang lain untuk dapat menolong dirinya
untuk sampai kepada dewasa. Masa pendidikan manusia memerlukan waktu yang lama
karena di samping manusia harus dapat mempertahankan hidupnya dalam arti lahir,
ia juga harus memiliki bekal yang berkaitan dengan moral, memiliki pengetahuan,
dan keterampilan lainnya yang diperlukan untuk hidup. Makin tinggi peradaban manusia,
makin banyak yang harus dipelajari agar dapat hidup berdiri sendiri tanpa menggantungkan
diri kepada orang lain.
Oleh karena itu, anak
atau bayi manusia memerlukan bantuan, tuntunan, pelayanan, dorongan dari orang
lain demi mempertahankan hidup dengan belajar setahap demi setahap untuk
memperoleh bekal nilai-nilai moral, memiliki kepandaian dan keterampilan, serta
pembentukan sikap dan tingkah laku sehingga lambat laun dapat berdiri sendiri
yang semuanya itu memerlukan waktu yang cukup lama.
Dilihat dari orang tua pendidikan
juga merupakan suatu keharusan. Tanpa ada yang memaksa, dengan sendirinya orang
tua akan mendidik anaknya. Hal tersebut disebabkan karena adanya rasa kasih sayang
dan rasa tanggung jawab dari orang tua terhadap anaknya. Perasaan kasih sayang merupakan
fitrah kemanusiaan yang akan timbul dengan sendirinya pada manusia. Rasa
tanggung jawab menyebabkan orang tua, bahwa anak itu perlu memperoleh bimbingan
agar ia di kemudian hari dapat berdiri sendiri tanpa menggantungkan diri kepada
orang lain.
Anak perlu mendapat pendidikan
dan orang tua merasa wajib untuk memberikan pendidikan bagi anaknya. Keduanya bertemu
dalam kegiatan pendidikan yang berlangsung secara alamiah dalam kehidupan sehari-hari
dalam keluarga.
Pendidikan karena
dorongan orang tua, yaitu hati nuraninya yang terdalam yang memiliki sifat
kodrati untuk mendidik anaknya baik dari segi fisik, sosial, emosi, maupun
intelegensinya agar memperoleh keselamatan, kepandaian, memperoleh kebahagiaan
hidup yang dicita-citakan, sehingga ada tanggung jawab moral atas hadirnya anak
tersebut yang dianugerahkan Tuhan Yang Maha Kuasa untuk dapat dipelihara, dan
di didik dengan sebaik-baiknya.
b. Manusia Lahir Tidak Langsung Dewasa
Untuk sampai pada kedewasaan
yang merupakan tujuan pendidikan dalam arti khusus, memerlukan wazktu lama. Pada
manusia primitif mungkin proses pencapaian kedewasaan tersebut akan lebih pendek
dibandingkan dengan manusia modern dewasa ini. Pada manusia primitif cukup dengan
mencapai kedewasaan secara konvensional, di mana apabila seseorang sudah memiliki
keterampilan untuk hidup, khususnya untuk hidup berkeluarga, seperti dapat berburu,
dapat bercocok tanam, mengenali nilai-nilai atau norma-norma hidup bermasyarakat,
sudah dapat dikatakan dewasa. Dilihat dari segi usia, misalnya usia 12-15
tahun, pada masyarakat primitif sudah dapat melangsungkan hidup berkeluarga.
Pada masyarakat modern tuntutan kedewasaan lebih kompleks, sesuai dengan makin kompleksnya
ilmu pengetahuan dan teknologi, dan juga makin kompleksnya sistem nilai.
Untuk mengarungi kehidupan yang dewasa, manusia perlu dipersiapkan, lebih-lebih
pada masyarakat modern. Bekal tersebut dapat diperoleh dengan pendidikan, di
mana orang tua atau generasi tua akan mewariskan pengetahuan, nialai-nilai,
serta keterampilannya kepada anak-anaknya atau pada generasi berikutnya.
Manusia merupakan makhluk yang dapat di didik, memungkinkan untuk memperoleh pendidikan.
Manusia merupakan makhluk yang harus di didik, karena manusia lahir dalam keadaan
tidak berdaya, lahir tidak langsung dewasa. Manusia adalah makhluk sosial yang
membutuhkan interaksi dengan sesamanya.
Dalam proses perkembangan seorang anak membutuhkan
bantuan dan bimbingan. Sepanjang anak belum dewasa, ia membutuhkan bantuan dan
menggantungkan diri kepada orang dewasa. Kenyataan ini ada dua hal pada seorang
anak didik yang menggejala, yaitu: pertama, keadaan tidak berdaya anak
membutuhkan bantuan. Hal ini memunculkan kewajiban orang tua untuk membantunya.
Kedua, kemampuan untuk mengembangkan dirinya, namun ia tetap memerlukan bantuan
orang lain. Sehingga orang dewasa berkewajiban untuk membimbingnya dan harus
sesuai dengan tingkat perkembangan anak agar bimbingan tersebut mencapai
hasilnya.
c. Manusia sebagai Makhluk Sosial
Manusia pada hakikatnya
adalah makhluk sosial. Ia tidak akan menjadi manusia seandainya tidak hidup bersama dengan manusia lainnya. Lain halnya dengan hewan, di mana pun hewan dibesarkan, tetap akan memiliki perilaku hewan. Seekor kucing yang di besarkan dalam lingkungan anjing akan tetap berperilaku kucing, tidak akan berperilaku anjing, karena setiap jenis hewan sudah dilengkapi dengan insting tertentu yang pasti dan seragam, yang berbeda antara jenis hewan yang satu dengan jenis hewan lainnya.
Manusia hidup bersama
orang lain, tidak sendirian. Mereka menentukan berbagai perjanjian agar hidup bersama
itu menguntungkan kedua belah pihak. Menguntungkan bagi masyarakat, dan juga menguntungkan
bagi kehidupan individu masing-masing. Manusia sebagai makhluk sosial,
disamping memiliki dorongan untuk hidup secara individual, ia juga menunjukan gejala-gejala
sosial. Ia senang hidup bersama dengan orang lain.
Seorang manusia perlu mencapai
suatu taraf kedewasaan tertentu agar ia dapat hidup bersama dengan orang lain.
Kalau tidak, akan berbuat di luar perjanjian (kebiasaan, adat, aturan) yang
berlaku. Hal itu berarti bahwa ia tidak dewasa secara sosial. Walaupun secara biologis
ia sudah matang, tetapi untuk hidup bersama dengan orang lain, ia perlu mendapatkan
pendidikan.
Kalau manusia bukan makhluk
sosial, atau ia tidak hidup bersama-sama dengan orang lain, pada hakikatnya ia hidup
sendiri-sendiri. Maka hidup manusia itu tidak ada bedanya dengan kehidupan hewan.
Dalam kehidupan seperti ini, manusia tidak dapat dipengaruhi, karena ia telah membawa
pola hidupnya yang tetap dan tidak perlu lagi belajar dari orang lain atau melalui
apapun. Ia sudah dalam keadaan matang untuk mengikuti kehidupan yang polanya sudah
ada (terjadi). Dalam keadaan demikian, pendidikan tidak perlu lagi karena memang tidak diperlukan.
Manusia senantiasa hidup dalam berkelompok-kelompok,
dalam kelompok kecil maupun kelompok besar. Kelompok kecil adalah keluarga, dan
kelompok besar misalnya marga di Sumatera. Untuk dapat hidup dalam orang lain
dalam satu kelompok, anak harus dapat menyesuaikan diri. Untuk kehidupan
bersama diperlukan sifat-sifat sabar, ramah dan santun, tolong-menolong,
harga-menghargai, hormat-menghormati dan sebagainya. Tujuan pendidikan sosial
itu sendiri ialah agar anak dapat menyesuaikan diri dalam kehidupan bersama dan
ikut ambil bagian secara aktif dalam kehidupan bersama tersebut.
Keluarga menjadi
penghubung anak dengan kehidupan sosial, dengan pembiasaan nilai-nilai
norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Nilai-nilai tersebut dapat
berupa nilai-nilai kelompok, nilai keagamaan dan nilai kemasyarakatan lainnya.
Tetapi dalam keluargalah pertama kali berlangsung proses memanusiakan manusia.
BAB III
KESIMPULAN
Pendidikan adalah perlu
karna anak manusia dilahirkan tidak berdaya, tidak dilengkapi dengan insting
yang sempurna, anak manusia perlu masa belajar yang panjang. Dasar biologisnya anak
dilahirkan tak berdaya tetapi mempunyai potensi untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya
yang mana anak bersifat lentur, anak mempunyai otak yang besar dan mempunyai pusat
saraf yang berfungsi berhubungan dengan perbuatan berfikir.
Pendidikan
bukan hanya berlangsung di sekolah. Pendidikan akan mulai segera setelah anak
lahir dan akan berlangsung sampai manusia meninggal dunia, sepanjang ia mampu
menerima pengaruh-pengaruh. Oleh karena itu, proses pendidikan akan berlangsung
dalam keluarga, sekolah dan masyarakat .
Jadi
penyelenggaraan pendidikan saat ini harus diupayakan untuk memberikan pelayanan
khusus kepada peserta didik yang mempunyai kreativitas dan juga keberbakatan
yang berbeda agar tujuan pendidikan dapat diarahkan menjadi lebih baik.
DAFTAR ISI
·
Sadulloh, Uyoh,
2010, Pedagogik (ilmu mendidi). Bandung : Alfabeta
·
Sadulloh, Uyoh dan Oong Komar. 1985. Dasar-dasar Pendidikan, Bandung: Fakultas Ilmu Pendidikan
IKIP Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar