Jumat, 08 November 2013

LATAR BELAKANG MUNCULNYA FILSAFAT KARAKTERISTIK DAN METODE FILSAFAT


MAKALAH
FILSAFAT UMUM


“LATAR BELAKANG MUNCULNYA FILSAFAT
KARAKTERISTIK DAN METODE FILSAFAT”

Dosen Pengampu : Amin Efendi, M.Pd.I

STAIN ColourDAND









Di susun oleh :

FEBRIAN FRISTIANDA (1283021)                                      
 

JURUSAN: TARBIYAH 
SEMESTER : I

PROGRAM STUDI: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM



 

             SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

(STAIN) JURAI SIWO METRO
1433 H/ 2012 M.



KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam yang telah memberikan taufiq, hidayah serta inayahnya kepada penulis sehingga penulis dalam menyelesaikan makalah ilmu pendidikan islam ini sehingga bisa berjalan tanpa adanya hambatan yang di luar kemampuan.
Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan dalam makalah ini, karena keterbatasan kemampuan yang penulis miliki. Saran dan kritik yang konstruktif sangat penyusun harapkan guna penyempurnaan makalah ini, dan yang akan datang.
Akhirnya penulis berharap makalah ini semoga dapat bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

Metro,   September  2012

Penyususn


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................... .... i
KATA PENGANTAR...................................................................................     ii
DAFTAR ISI..................................................................................................     iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. .... 1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 2
A. Latar Belakang Munculnya Filsafat................................................ 2
B. Karakteristik dan Metode Filsafat................................................... 3
1. Karakteristik Filsafat ................................................................. 3
2. Metode Filsafat ......................................................................... 3
BAB III   PENUTUP........................................................................................... 5
A. Simpulan............................................................................................... 5
B.  Saran..................................................................................................... 5
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang
            Filsafat adalah studi yang mempelajari seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia kritis. Filsafat adalah induk pengetahuan. Filsafat disebut dengan induk kalimat pengetahuan karena memang filsafatlah yang telah melahirkan segala ilmu pengetahuan yang ada.
Kehadirannya yang terus menerus disepanjang peradaban manusia telah memberi kesaksian yang meyakinkan tentang betapa pentingnya filsafat bagi manusia.
Filsafat disebut sebagai suatu ilmu pengetahuan yang bersifat eksistensial, artinya sangat erat hubungannya dengan kehidupan kita sehari-hari. Bahkan justru filsafatlah yang jadi motor penggerak kehidupan kita sehari-hari, sebagai manusia pribadi maupun sebagai manusia kolektif dalam bentuk sesuatu masyarakat atau bangsa.
Filsafat adalah merupakan salah satu disiplin ilmu yang sangat mendasar, sehingga semua disiplin ilmu yang lain akan membutuhkan pijakan filsafat. Dengan demikian, kajian ilmiah yang terdapat dalam ilmu pengetahuan akan ditemukan hakikat, seluk beluk, dan sumber pengetahuan yang mendasarinya.
Untuk itu sebagai manusia yang harus mencari kebenaran, perlu bahwasanya untuk mengetahui lebih jelas tentang filsafat. Berikut adalah pembahasan mengenai ciri-ciri filsafat dan pembagiannya. Bagaimanakah sifat filsafat sebenarnya, dan apa yang menjadi ciri umum dalam filsafat.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Munculnya Filsafat
Secara etimologis, filsafat berasal dari beberapa bahasa, yaitu bahasa Inggris dan bahasa Yunani. Dalam bahasa Inggris, yaitu “philosophy”, sedangkan dalam bahasa Yunani, “philen” atau “philos” dan “sofein” atau “sophi”. Ada pula yang mengatakan bahwa filsafat berasal dari bahasa Arab, yaitu “falsafah” yang artinya al-hikmah. Akan tetapi, kata tersebut pada awalnya berasal dari bahasa Yunani. “philos” artinya cinta, sedangkan “Sophia” artinya kebijaksanaan.[1]
Oleh karena itu filsafat dapat diartikan dengan cinta kebijaksanaan yang dalam bahasa Arab diistilahkan dengan al-hikmah. Para ahli filsafat disebut dengan filosof, yakni orang yang mencintai atau mencari kebijaksanaan atau kebenaran. Filosof bukan orang yang bijaksana atau berpengaruh benar, melainkan orang yang sedang belajar mencari kebenaran dan kebijaksanaan.
 Filsafat pertama kali muncul di Yunani, Orang Yunani pertama yang bisa diberi gelar filosof ialah Thales dari Mileta. Filosof-filosof Yunani yang terbesar yaitu Socrates, Plato, dan Aristoteles. Banyak yang bertanya-tanya mengapa filsafat muncul di Yunani dan tidak di daerah yang beradab lain kala itu seperti Israel atau Mesir. Jawabannya di Yunani tidak seperti di daerah lain-lainya tidak ada kasta pendeta sehingga orang lebih bebas.
Munculnya filsafat ditandai dengan runtuhnya mitos-mitos dan dongeng-dongeng yang selama itu menjadi pembenaran terhadap setiap gejala alam. Manusia pada waktu itu melalui mitos-mitos mencari keterangan tentang asal-usul alam semesta dan tentang kejadian yang berlangsung di dalamnya.
Ada dua bentuk mitos yang berkembang pada waktu itu, yaitu mitos kosmogonis yaitu mitos yang mencari tentang asal usul alam semesta, dan mitos, kosmologis yaitu mitos yang berusaha mencari keterangan tentang asal usul serta sifat kejadian di alam semesta. Meskipun memberikan jawaban-jawaban tersebut diberikan dalam bentuk mitos yang lolos dari control akal (rasio).
Cara berfikir seperti itu berlangsung sampai abad ke-6 sebelum masehi, sedangkan sejak abad ke-6 masehi orang mulai mencari jawaban-jawaban rasional tentang asal-usul dan kejadian alam semesta.
Pencarian kebijaksanaan bermakna menyelusuri hakikat dan sumber kebenaran. Alat untuk menemukan kebijaksanaan adalah akal yang merupakan sumber primer dan berfikir. Oleh karena itu, kebenaran filosofis tidak lebih dari kebenaran berfikir yang rasional dan radikal.
Dalam ilmu filsafat yang identik dengan pertanyaan-pertanyaan  yang kemudian Filsafat selalu mencari jawaban-jawaban, sekalipun jawaban-jawaban yang ditemukan tidak pernah abadi. Oleh karena itu filsafat tidak pernah selesai dengan satu pertanyaan dan satu jawaban dan tidak pernah sampai pada akhir sebuah masalah. Masalah-masalah filsafat tidak pernah selesai karena itulah memang sebenarnya berfilsafat.

B.     Karakteristik dan Metode Filsafat
1.      Karakteristik Filsafat
Karakteristik berpikir filsafat yang pertama adalah sifat menyeluruh. Seorang ilmuwan tidak puas lagi mengenal ilmu hanya dari segi pandang ilmu itu sendiri. Ingin melihat hakikat ilmu dalam pengetahuan yang lainnya, ingin mengetahui kaitan ilmu dengan moral, kaitan ilmu dan agama, dan ingin meyakini apakah ilmu itu membawa kebahagiaan kepada manusia.[2]
Sifat berfikir filsafat yang kedua adalah mendasar, artinya setiap ilmu yang ada tak lagi dipercaya sebagai kebenaran. Kebenaran di pertanyaan (spekulatif) yang sistematis berfikir secara runtut, logis, dan bertanggung jawab.
2.      Metode Filsafat
Karena objek filsafat meliputi segala yang ada, dan yang mungkin tidak ada, dan juga karna filsafat merupakan suatu induknya ilmu dari cabang-cabang ilmu pengetahuan yang ada serta mengingat isi filsafat adalah buah pikiran filosuf dan isi filsafat sangat luas, keluasannya disebabkan cabang pengetahuan yang tertua. Untuk memudahkan mempelajari filsafat ada tiga metode mempelajari filsafat, yaitu:
a.       Metode Sistematis,
Metode ini digunakan untuk membahas langsung isi persoalan dari filsafat dengan tidak mementingkan urutan zaman penganjurnya masing-masing. Misalnya dalam bidang logika hanya dipersoalkan mana yang benar dan mana yang salah menurut pertimbangan akal, bagaimana berfikir yang benar dan bagaimana cara berfikir yang salah.
b.      Metode Historis,
Metode historis ini digunakan bila orang ingin mempelajari perkembangan aliran-aliran filsafat sejak dulu hingga sekarang. Dalam metode historis ini dikemukakan riwayat hidup tokoh-tokoh filsafat yang terkenal serta bagaimana timbulnya paham (aliran) filsafatnya dengan segala persoalannya, bagaimana pendapatnya tentang logika, etika dan tentang keagamaan.
c.        Metode Kritis,
Metode ini digunakan oleh mereka yang mempelajari filsafat tingkat atas, pembicaraan filsafat dimulai dengan pendekatan sistematis dan historis, langkah awal dimulai dengan memahami isi ajaran, kemudian dicoba mengajukan kritik.[3]
Menurut Juhaya S. Pradja, Metodologi filsafat ada tiga, yakni: (1) , metode deduksi, yakni suatu metode berpikir yang menarik kesimpulan dari prinsip-prinsip umum kemudian diterapkan pada sesuatu yang bersifat khusus;(2) metode induksi, metode berfikir dalam menarik kesimpulan dari prinsip khusus kemudian diterapkan pada sesuatu yang bersifat umum; (3) metode dealektika, yakni metode berfikir yang menarik kesimpulan melalui tiga tahap atau jenjang yakni tesis, antithesis, dan sintesis.
Para filosof telah berusaha menyusun sebuah metode untuk mendapatkan pengakuan universal, ataupun mempertahankan kelayakan filsafat sebagai sebuah disiplin ilmu, Plato membahas filsafat dengan metode dealekti, yaitu dua orang yang berdialog saling melemparkan pertanyaan yang diperoleh atas dasar metode dealektik bertanya dan menjawab ini, secara berangsur-angsur mengurangi keraguan ataupun ketidakjelasan atas suatu hal.
Metode pengkajian filsafat dapat juga menggunakan metode intuitif atau intuition (Inggris) dan intueri-intuitus (Latin). maksutnya adalah in (pada)dan tueri (melihat atau menonton). Secara terminologis, intitusi yaitu pemahaman, pengenalan, pengliatan, atau penangkapan (aprehensi) terhadap suatu kebenaran secara langsung tanpa melalui inferensi (penyimpulan). Metode ini sangat berbeda secara diametis dengan metode empiris dan rasionalistik yang penggunaanya melalui pengamatan dan pengalaman secara langsung.
Metode  keritis-transendental yang sering digunakan dalam kajin filsafat adalah metode yang merupakan analisis kriteriologis yang berpangkalan pada pengertian objektif. Metode ini digunakan oleh Imanuel Kant. Kant juga menerima nilai objektif  ilmu-ilmu positif karena ia dapat menghasilkan kemajuan hidup sehari-hari. Kant juga menerima nilai objektif agama dan moral, sebab ia memberikan kemajuan dan kebahagian. pengertian itu disebutnya sebagai sintetis-apriori.




BAB III

KESIMPULAN


Setelah membuat makalah ini penyusun menyimpulkan bahwa filsafat itu memiliki banyak metode pembelajaran, dengan belajar sejarah filsafat seseorang akan lebih arif dan bijaksana dalam memandang dunia karena telah memiliki cara pandang yang baik dan luas, belajar filsafat juga merupakan bentuk latihan untuk berfikir lebih serius dan kritis.
Filsafat merupakan pengetahuan tentang cara berfikir kitis, berfikir secara mendalam sampai ke akar-akarnya sampai melampaui fisik (nyata). Dan dapat mengetahui kehidupan dimasa Yunani kuno abad ke-6 sebelum masehi.













DAFTAR PUSTAKA
                                                                               
                                                                                                                                                         Ahmad Tafsir, Filsafat umum, Bandung, PT RemajaRosdakarya, 2009.
Atang Abdul Hakim, Filsafat Umum, Bandung: Pustaka Setia, 2008.               
Mad Jalil, Filsafat Umum, Metro, 2008.
Rizal Mustansyir, Filsafat Ilmu, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2001.


[1] Rizal Mustansyir, Filsafat Umum, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), h. 2
[2] Atang Abdul Hakim, Filsafat Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), h. 17
[3] Mad Jalil, Filsafat Umum, (Metro: Agustus 2008), h. 13.

3 komentar: