“ SEJARAH PERTUMBUHAN
DAN PERKEMBANGAN
HADIS”
Disusun
Untuk Memenuhi Tugas Mandiri Mata
Kuliah:
Ulumul Hadis
Dosen Pengampu: Drs. H. Bahudji, M.Ag
Disusun
Oleh :
Nama : Febrian Fristianda
Npm :
1283021
Prodi / Kelas : PAI / A
Semester :
II (Dua)
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)
Jurai Siwo Metro, Lampung
Tahun 2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “SEJARAH
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN HADIS”.
Penulisan makalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Ulumul Hadis Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
(STAIN) Jurai Siwo Metro.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan penelitian
ini, khususnya kepada :
- Bapak Drs. H. Bahudji, M.Ag selaku dosen pengampu mata kuliah Ulumul Hadis yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pkiran dalam pelaksanaan bimbingan, pengarahan, dorongan dalam rangka penyelesaian penyusunan makalah ini
- Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih kepada keluarga tercinta yang telah memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian yang besar kepada penulis.
- Rekan-rekan semua khususnya di kelas A Pendidikan Agama Islam 2012.
- Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan dalam penulisan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal
pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan
ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak
kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Metro, 21 Mei 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................ i
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Usaha mempelajari sejarah pertumbuhan dan perkembangan
hadis ini diharapkan dapat mengetahui sikap dan tindakan umat Islam yang
sebenarnya. Khususnya para ulama ahli hadis,terhadap hadis serta usaha
pembinaan dan pemeliharaan mereka pada tiap-tiap periodenya sampai akhirnya
terwujud kitab-kitab hasil tadwin
secara sempurna. Bahkan, menguatnya kajian hadis dalam dunia islam tidak
lepas dari upaya umat islam yang melakukan counter
balik terhadap sangkaan-sangkaan negatif kalangan orientalis terhadap keaslian
hadis. Goldziger misalnya, ia adalah seorang orientalis kelahiran Hongaria yang
banyak dan mengkaji literatur-literatur Islam terutama hadis. Melalui karya
tulisnya “Muhammedanische Studien”, Goldziger berhasil menanamkan keragu-raguan
kepada banyak orang termasuk orang islam sendiri terhadap sumber tasyri’ yang
kedua ini. Lihat Goldzger, Hadis dan Sunah, dalam H.L Beck dan N.J.G.Kaptein, Pandangan Barat Terhadap Literatur Hukum,
Filosof, Teologi, dan Mistik Tradisi Islam. Goldziger meragukan sebagian
besar keaslian (orisinalitas) hadis, oleh yang diriwayatkan oleh Bukhari
sekalipun. Salah satu alasannya adalah semenjak wafatnya Nabi Muhammad SAW
dengan masa upaya pentadwinan hadis sangat jauh, menurutnya, sangat sulit untuk
menjaga tingkat orisinalitas hadis tersebut. Sebab studi tentang keberadaan
hadis selalu makin menarik untuk di kaji seiring dengan perkembangan manusia
yang semakin kritis. Oleh karena itu mengkaji sejarah ini berarti melakukan
upaya mengungkap fakta-fakta yang sebenarnya sehingga sulit untuk ditolak
keberadaannya. Perjalanan hadis pada tiap-tiap periodenya mengalami berbagai
persoalan dan hambatan yang dihadapinya, yang antara satu periode dengan
periode lainnya tidak sama, maka pengungkapan sejarah persoalannya perlu
diajukan ciri-ciri khusus dan persoalan-persoalan tersebut.
B. Perumusan Masalah
1.
Bagaimana Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Hadis.
BAB II
PEMBAHASAN
A. HADIS PADA MASA RASUL SAW
Membicarakan hadis pada masa Rasul SAW berarti
membicarakan hadis pada awal pertumbuhannya. Maka dalam uraiannya akan terkait
langsung dengan pribadi Rasul SAW sebagai sumber hadis. Rasul SAW membina
umatnya selama 23 tahun . Masa ini merupakan kurun waktu turunnya wahyu dan
sekaligus diwujudkannya Hadis.
Wahyu yang diturunkan Allah SWT kepadanya dijelaskannya
melalui perkataan(aqwal),perbuatan(af’al),dan penetapan (taqrir)-nya. Sehingga apa yang
didengar,dilihat dan disaksikan oleh para sahabat merupakan pedoman bagi amaliah
dan ubudiyah mereka. Rasul SAW merupakan satu-satunya bagi para sahabat, karena
ia memiliki sifat kesempurnaan dan keutamaan selaku Rasul Allah SWT yang
berbeda dengan manusia lainnya.
1. Cara Rasul SAW Menyampaikan Hadis
Ada suatu keistimewaan pada masa ini yang membedakannya
dengan masa lainnya. Umat islam secara langsung menerima hadis dari Rasul SAW
tanpa hijab. Allah menurunksan al-Qur’an dan mengutus Nabi Muhammad SAW sebagai
utusan-Nya adalah sebuah paket yang tidak dapat dipisahkan,dan apa-apa yang
disampaikannya juga merupakan wahyu. Kedudukan Nabi yang demikian itu secara
otomatis menjadikan semua perkataan,perbuatan dan taqrir Nabi sebagai referensi
para sahabat. Para sahabat secara proaktif berguru dan bertanya kepadanya
tentang segala sesuatu yang mereka tidak
mengetahuinya baik dalam urusan dunia maupun akhirat.
Oleh karena itu, tempat-tempat pertemuan diantara kedua
belah pihak sangatlah terbuka dalam banyak kesempatan. Tempat yang biasa
digunakan Rasul SAW cukup bervariasi, seperti di masjid, rumahnya sendiri,
pasar, ketika dalam perjalanan (safar) dan ketika muqim (berada di rumah).
Ada
beberapa cara Rasul menyampaikan hadis kepada para sahabat,yaitu :
Pertama,
melalui para jama’ah pada pusat pembinaaannya yang disebut majlis al-‘Ilmi. Melalui
hadis ini para sahabat memperoleh banyak peluang untuk menerima hadis,sehingga
mereka berusaha untuk selalu mengkonsentrasikan diri guna mengikuti kegiatan
dan ajaran yang diberikan oleh Nabi.
Kedua, dalam banyak
kesempatan Rasul juga menyampaikan hadisnya melalui para sahabat tertentu,yang
kemudian disampaikannya kepada orang lain. Hal ini karena terkadang ketika ia
mewujudkan hadis,para sahabat yang hadir hanya beberapa orang saja,baik karena
disengaja oleh Rasul sendiri atau secara kebetulan para sahabat yang hadir
hanya beberapa orang saja,bahkan hanya satu orang,seperti hadis-hadis yang
ditulis oleh Abdullah ibn Amr ibn Al-‘Ash
Ketiga,
cara yang dilakukan Rasul adalah melalui ceramah atau pidato di tempat
terbuka,seperti ketika haji wada’ dan fathul
Makkah.
2. Perbedaan para sahabat dalam menguasai hadis
Di antara para sahabat tidak sama kadar perolehan dan
penguasaan hadis. Ada yang memilikinya lebih banyak, tetapi ada yang sedikit
sekali. Hal ini tergantung kepada beberapa hal, pertama, perbedaan mereka
dalam soal kesempatan bersama Rasul, kedua, perbedaan mereka dalam soal
kesanggupan bertanya kepada sahabat lain, ketiga ,perbedaan mereka
karena berbedanya waktu masuk Islam dan jarak tempat tinggal dari masjid Rasul.
3. Menghafal dan Menulis Hadis
a. Menghafal hadis
Untuk memelihara kemurnian dan mencapai kemaslahatan
al-Qur’an dan Hadis,sebagai dua sumber ajaran Islam, Rasul menempuh jalan yang
berbeda. Yaitu menghafal dan menulis.
Ada dorongan kuat yang cukup memberikan motivasi kepada
para sahabat dalam kegiatan menghafal hadis ini. Pertama, karena
kegiatan menghafal merupakan budaya bangsa Arab yang telah diwarisinya sejak
praislam dan mereka terkenal kuat hafalannya; kedua, Rasul banyak
memberikan spirit melalui do’a-do’anya; ketiga, seringkali ia menjanjikan
kebaikan akhirat kepada yang menghafal dan menyampaikannya kepada orang lain.
b. Menulis Hadis
Beberapa sahabat yang memiliki catatan dan penulisan
terhadap hadis : Abdullah ibn Amr Al-‘Ash,Jabir ibn Abdillah ibn Amr
Al-Anshari, Abu Hurairah Al-Dausi, Abu Shah (Umar ibn Sa’ad Al-Anmari)
c. Mempertemukan Dua Hadis yang Bertentangan
Dengan melihat dua kelompok hadis yang kelihatannya
terjadi kontradiksi,seperti para hadis dari Abu Sa’id Al-Hudri di satu
pihak,dengan hadis dari Abdullah ibn Amr ibn Al-Ash. Diantara mereka ada yang
menggugurkan salah satunya,seperti dengan jalan nasikh dan mansukh dan
ada yang berkompromi keduanya sehingga keduanya tetap digunakan (ma’mul)
B. HADIS PADA MASA SAHABAT
Periode kedua sejarah perkembangan hadis adalah masa sahabat,
khususnya masa khalafa’ al-rashidin yang berlangsung sekitar tahun 11-40 H.
Masa ini disebut juga masa sahabat besar.
1. Menjaga Pesan Rasul SAW
Pada masa menjelang akhir kerasulannya,Rasul berpesan
kepada para sahabat agar berpegang teguh kepada al-Qur’an dan Hadis serta
mengajarkannya kepada orang lain, sebagaimana sabdanya: yang artinya,
“ Telah aku tinggalkan untuk kalian dua macam,
yang tidak akan sesat setelah berpegang kepada keduanya, yaitu kitab Allah
(al-Qur’an) dan Sn=unahku (al-Hadis)”. (HR. Malik). Dan sabdanya pula:
“ Sampaikanlah
dariku walau satu ayat atau satu hadis”
2. Berhati-hati dalam Meriwayatkan dan Menerima Hadis
Perhatian para sahabat pada masa ini terutama sekali terfokus pada usaha
memelihara dan menyebarkan al-Qur’an. Ini terlihat bagaimana al-Qur’an
dibukukan pada masa Abu Bakar atas saran Umar bin Khattab. Usaha pembukuan ini
diulang juga pada masa Usman bin Affan,sehingga melahirkan Mushaf Usmani.
Kehati-hatian dari usaha membatasi periwayatan yang dilakukan para
sahabat,disebabkan karena mereka khawatir terjadinya kekeliruan,yang padahal
mereka
sadari bahwa hadis merupakan sumber tasri’ setelah al-Qur’an,yang harus
dijaga dari kekeliruannya sebagaimana al-Qur’an.
Setelah Rasul wafat Abu Bakar pernah mengumpulkan para sahabat. Kepada
mereka,ia berkata : “Kalian meriwayatkan hadis-hadis Rasul SAW yang
diperselisihkan orang-orang setelah kalian akan lebih banyak berselisih
karenanya. Maka janganlah kalian meriwayatkan hadis(tersebut).
3. Periwayatan Hadis dengan Lafaz dan Makna
Pembatasan atau penyederhanaan periwayatan hadis,yang
ditunjukkan oleh para sahabat dengan sikap kehati-hatiannya,tidak berarti
hadis-hadis rasul tidak diriwayatkan.
Ada dua jalan para sahabat dalam meriwayatkan hadis dari
Rasul SAW. Pertama, dengan jalan periwayatan lafdzi(redaksinya persis
seperti yang disampaikan Rasul) dan kedua, dengan jalan periwayatan
maknawi(maknanya saja)
a. Periwayatan Lafdzi
Periwayatan lafdzi adalah periwayatan hadis yang
redaksinya atau matannya persis seperti yang diwurudkan Rasul SAW. Ini hanya
bisa dilakukan apabila mereka hafal benar apa yang disabdakan Rasul SAW.
b. Periwayatan Maknawi
Periwayatan maknawi artinya periwayatan hadis yang
matannya tidak persis sama dengan yang di dengarnya dari Rasul SAW,akan tetapi
isi atau maknanya tetap terjaga secara utuh,sesuai dengan yang dimaksudkan oleh
Rasul SAW,tanpa ada perubahan sedikitpun.
Namun para sahabat tetap hati-hati dalam melakukannya.
Ibn Mas’ud misalnya,ketika ia meriwayatkan hadis ada istilah-istilah tertentu
yang digunakan untuk menguatkan penukilannya,seperti dengan kata: qala Rasul
SAW hakadza(Rasul SAW telah bersabda begini),atau nahwan atau qala
Rasul SAW qariban min hadza.
C. HADIS PADA MASA TABI’IN
Pada dasarnya periwayatan yang dilakukan oleh kalangan
Tabi’in tidak berbeda dengan yang dilakukan oleh para sahabat. Hanya saja
persoalan yang dihadapi mereka agak berbeda dengan yang dihadapi para sahabat.
Pada ,masa ini al-Qur’an sudah dikumpulkan dalam satu mushaf.
Ketika pemerintah dipegang oleh Bani Umayah,wilayah
kekuasaan Islam sampai meliputi Mesir,Persia,Iraq,Afrika,Bashrah,Syam dan
Khurasan. Penyebaran para sahabat ke daerah-daerah tersebut terus meningkat,sehingga
masa ini dikenal dengan masa menyebarnya periwayatan hadis (intisyar
al-riwayah ila al-amshar)
1. Pusat-pusat Pembinaan hadis
Beberapa kota sebagai pusat pembinaan dalam periwayatan
hadis,sebagai tempat tujuan para Tabi’in dalam mencari hadis. Kota-kota
tersebut ialah Madinah al-Munawarrah, Makkah Al-Mukarramah, Kufah, Basrah,
Syam, Mesir, Maghribi dan Andalus, Yaman dan Khurasan. Beberapa orang yang
meriwatyatkan hadis cukup banyak,antara lain Abu Hurairah,Abdullah ibn
Umar,Anas ibn Malik, Aisyah, Abdullah ibn Abbas, Jaabir Ibn Abdillah dan Abi
Sa’id al-Khudri.
Pusat pembinaan pertama adalah Madinah ,karena di sinilah
Rasul SAW menetap setelah Hijrah. Di sini pula Rasul membina masyarakat Islam
yang di dalamnya terdiri atas Muhajirin dan Anshar dari berbagai suku dan
kabilah.
Di antara para sahabat yang membina hadis di Makkah
yaitu,Mu’adz ibn Jabal, ‘Atab ibn Asid, Haris ibn Hisyam, Ustman ibn Thalhah
dan ‘Utbah ibn Al-Haris. Di antara para Tabi’in yaitu, Mujtahid ibn
Jabbar,Atha’ ibn Abi Rabah, Thawus ibn Kaisan dan Ikrimah maulana ibn Abbas.
Di antara para sahabat yang membina hadis di Kufah yaitu,
Ali bin Abi Thalib,Sa’ad ibn Abi Waqas, dan Abdullah ibn Mas’ud. Di antara para
tabi’in yaitu, Al-Rabi’ ibn Qosim, Kamal ibn Zaid Al-Nakha’i dan Abu Ishaq
Al-Sa’bi.
Di antara sahabat yang membina hadis di Basrah yaitu,Anas
ibn Malik,Abdullah ibn Abbas,’Imran ibn Husain, Ma’qal ibn Yasar,Abdurrahman
ibn Samrah dan Abu Sa’id Al-Anshari. Di antara para Tabi’in yaitu,Hasan
Al-Bishri, Muhammad ibn Sirrin,Ayub Al-Sakhyatani, Yunus ibn ‘Ubaid, Abdullah
ibn ‘Aun,Kahatadah ibn Du’amah Al-Sudusi dan Hisyam ibn Hasan.
Di antara para sahabat yang membina hadis di Syam
yaitu,Abu Ubaidah Al-Jarrah,Bilal ibn Rabbah, Ubadah ibn Shamid, Mu’adz ibn
Jabal,Sa’ad ibn Ubaidah,Abu Darda’ Surahbil ibn Hasanah,Khalid ibn Walid dan
Iyad ibn Ghanam. Di antara para tabi’in yaitu Salim ibn Abdillah
al-Muharibi,Abu Idris Al-Khaulani, Abu Sulaiman Al-Darani dan Umar ibn Hana’i.
Para sahabat yang membina di Mesir yaitu,Amr ibn
Al-‘Ash,Uqbal ibn Amr, Kharisah ibn Huzafah dan Abdullah ibn Al-Haris. Para
tabi;in diantaranya Amr ibn Haris, Khair ibn Nu’aimi Al-Hadrami,Yazid ibn Abi
Habib,Abdullah ibn Abi Jafar dan Abdullah ibn Sulaiman Al-Thawil.
Di Maghribi dan Andalus yaitu,Mas’ud ibn Al-Aswad
Al-Balwi,Bilal ibn Haris ibn ‘Ashim Al-Muzani,Salamah ibn Al-Akwa dan Walid ibn
‘Uqbah ibn Abi Muid. Para tabi’in yaitu, Ziyad ibn An’am Al-Mu’arif,Abdurrahman
ibn Ziyad, Yazid ibn Abi Mansyur,Al-Mughirah ibn Abi Burdah,Rifa’af ibn Rafi’ dan
Muslim ibn Yasar.
Para sahabat yang terjun di Yaman yaitu,Mu’adz ibn
Jabal,dan Abu Musa Al-As’ari. Para Tabi’in diantaranya yaitu, Hammam ibn
Munabah dan Wahab ibn Munabah, Thawus dan Ma’mar ibn Rasyid. Sedang para
tabi’in yaitu, Muhammad ibn Ziyad, Muhammad ibn Tsabit Al-Anshari dan Yahya ibn
Sabih Al-Mugri.
2. Pergolakan Politik dan Pemalsuan Hadis
Pergolakan ini sebenarnya terjadi pada masa
sahabat,setelah terjadinya perang Jamal dan perang Siffin yaitu ketika
kekuasaan di pegang oleh Ali bin Abi Thalib. Langsung atau tidak dari
pergolakan politik di atas,cukup memberikan pengaruh terhadap perkembangan
hadis berikutnya. Pengaruh yang langsung dan bersifat negatif ialah dengan
munculnya hadis-hadis palsu(maudhu’) untung mendukung kepentingan politiknya
masing-masing kelompok dan untuk menjatuhkan posisi lawan-lawannya.
D. HADIS MASA TADWIN
Secara bahasa tadwin diterjemahkan dengan kumpulan
shahifah (mujtama’ al-shuhuf). Secara luas tadwin diartikan dengan al-jam’u (mengumpulkan). Menurut
Al-Zahrani tadwid ialah “Mengikat yang
berserak-serakan kemudian mengumpulkannya menjadi satu diwan atau kitab yang
terdiri dari lembaran-lembaran”. Pada masa khalifah Umar ibn Abdul Aziz,
mengintruksilkan kepada pejabat daerah agar memperhatikan dan mengumpulkan para
penghafalnya,kepada Abu Bakar ibn Muhammad ibn Amr ibn Hazm ia mengirim
instruksi “Perhatikan atau periksalah
Hadis-hadis Rasul Saw, kemudian tuliskanlah ! Aku khawatir akan lenyapnya ilmu
dengan meninggalnya para ulama’(para ahlinya). Dan janganlah kamu terima kecuali
hadis Rasul SAW”.
Instruksi yang sama ditujukan kepada Muhammad ibn Syihab
Al-Zuhri yang dinilainya sebagai orang yang lebih banyak mengetahui hadis dari
pada yang lainnya.
1. Latar balakang Munculnya pemikiran Uasaha Tadwin Hadis
Ada dua hal pokok mengapa umar ibn Abdul Aziz mengambil
sikap itu, pertama, ia khawatir terhadap hilangnyahadis-hadis dengan
meninggalnya para ulama di medan perang, kedua, ia khawatir juga akan
tercampurnya anatara hadis yang sahih dengan hadis-hadis palsu.
2. Gerakan Menulis Hadis pada Kalangan Tabi’in dan Tabi’at Tabi’in Setelah ibn Shihab az-Zuhri
Ada ulama’ ahli Hadis yang berhasil menyusun kitab tadwin
yang bisa diwariskan kepada generasi sekarang, yaitu Malik ibn Anas(93-179 H)
di Madinah dengan karyanya Al-Muwaththa’. Para tadwid yang lain ialah, Muhammad
ibn Ishaq(w.151)dan ibn Abi Zi’bin(80-158)di Madinah; ibn Juraij(80-150) di
Makkah; Al-Rabi’ ibn Sabih(w.160 H) dan Hammad ibn Salamah(w.176 H)di Bashrah;
Sufyan Al-Tsauri(97-161 H) di Kufah; Al-Auza’i988-157 H) di Syam; Ma’mar ibn
Rasyid(93-153 H) di Yaman;ibn Al-Mubarak(118-181 H0 di Khurasan; Abdullah ibn
Al-Wahab(125-197 H) di Mesir; dan Jarir ibn Abd Al-Hamid(110-188 H)di Rei.
E. MASA SELEKSI DAN PENYEMPURNAAN SERTA PENGEMBANGAN SISTEM PENYUSUNAN KITAB HADIS
1. Masa penyaringan Hadis
Masa seleksi atau penyaringan hadis terjadi ketika
pemerintaha dipegang oleh dinasti Bani Abbas,khususnya sejak Al-Makmun sampai
dengan Al-Muktadir(sekitar tahun 201-300 H).
Munculnya
periode ini, karena periode sebelumnya yaitu periode tadwin belum bisa
memisahkan hadis mauquf dan maqthu’ dari hadis marfu’ serta hadis dhaif dari
yang shahih. Pada masa ini para ulama bersungguh-sungguh mengadakan penyaringan
hadis dan akhirnya berhasil memisahkan hadis-hadis yang dhaif(lemah)dan yang
shahih dan hadis-hadis yang mauquf dan yang maqthu’ dari yang marfu’.
2. Masa Pengembangan dan penyempurnaan Sistem Penyusunan Kitab-Kitab Hadis
Penyusunana hadis pada masa ini lebih mengarah kepada
uasaha pengembangan dengan beberapa variasi pentadwinan terhadap kitab-kitab
yang sudah ada. Di antara usaha itu ialah mengumpulkan isi kitab Bukhori dan
Muslim,seperti yang dilakukan Muhammad ibn Abdillah Al-Jauzaqi dan ibn
Al-Furat(w 414 H).
Masa perkembangan hadis yang terakhir ini terbentang
cukup panjang,dari mulai abad keempat Hijriyah terus berlangsung beberapa abad
berikutnya sampai abad kontemporer. Dengan demikian masa perkembangan ini
melewati dua fase sejarah perkembangan Islam,yakni fase pertengahan dan fase
modern.
BAB III
KESIMPULAN
Dari
pembahasan di atas kita dapat mengambil kesimpulan :
- Sejarah pertumbuhan dan perkembangan hadis dimulai sejak Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Rasul.
- Penulisan hadis ada sejak Rasulullah masih hidup. Shahifah yang berisi catatan hadis rasul itu dibuat dari pelapah-pelapah kurma,kulit-kulit kayu dan tulang-tulang hewan.
- Masa pembukuan hadis yang secara resmi dilakukan atas kebijaksanaan pemerintah yang terjadi pada zaman khalifah Umar bin Abd Aziz.
- Masa pentasihan atau penyaringan hadis dimulai ketika pemerintah dipegang oleh Dinasti Abbas,khususnya sejak masa Al-Makmun sampai dengan Al-Muktadir (sekitar 201-300)
- Pada masa pengkajian hadis, para ulama’ hadis mengalihkan perhatiannya untuk menyusun kitab-kitab hadis atau topik-topik tertentu.
- Masa kontemporer adalah zaman Mutakalimin, yaitu era tahun-tahun terakhir yang kita jalani hingga saat sekarang ini.
DAFTAR PUSTAKA
Bibliography
As- Shiddiq, M. H. (1980). Sejarah dan Pintar Ilmu Hadis.
Jakarta: Bulan Bintang.
Khathib, ,. A.-M. (1997). 'Ajjaj al- Sunnah Qabla
At-Tadwin. Beirut: Dar Al- Fikr.
Shalih, A.-S. (1997). 'Ulum Al-Hadis wa Musthalahu.
Malayin: Dar Al-'Ulum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar